Kerajaan Tarumanegara

Negara Kerajaan Tarumanegara
Sejarah Kerajaan Tarumanegara terungkap melalui serangkaian prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan di berbagai daerah. Salah satu dari prasasti yang berkaitan dengan keberadaan Kerajaan Tarumanegara. Namanya adalah prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea. Bahasa yang digunakan di dalam prasasti itu adalah bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa terdiri atas empat baris syair. Dari beberapa prasasti yang berhasil ditemukan, kita bisa mendeskripsikan beberapa segi dalam kehidupan Kerajaan Tarumanegara.
 Sejarah Kerajaan Tarumanegara terungkap melalui serangkaian prasasti Kerajaan Tarumanegara

a. Kehidupan Politik
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M di tepi Sungai Gomati. Pada tahun 397 M, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan baru di  Sundapura. Raja Purnawarman adalah raja ketiga yang memiliki kekuasaan besar, sangat berpengaruh, dan memiliki beragam kebijakan. Kekuasaan raja dilambangkan dengan cap telapak kaki seperti yang terdapat pada prasasti Ciaruteun, Jambu, dan Cianteun. Sebagai perbandingan, di India cap telapak kaki itu melambangkan kekuasaan. Dalam interpretasi yang lain, Purnawarman dilambangkan sebagai Dewa Wisnu yang merupakan penguasa dan pelindung rakyat. Purnawarman diketahui banyak menundukkan daerah musuh-musuhnya.

Pada masa pemerintahan Suryawarman, kekuasaan raja-raja daerah dikembalikan sebagai hadiah kesetiaannya terhadap Tarumanegara. Pengembalian kekuasaan diberikan kepada Rakeyan Juru Pengembat, yang merupakan wakil raja di daerah tersebut. Menurut  Pustaka Nusantara , kekuasaan Purnawarman meliputi 48 raja daerah yang membentang dari Salanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) hingga Purwalingga (sekarang Purbalingga). Hingga akhir kekuasaannya, Tarumanegara hanya memiliki dua belas orang raja. Kedua belas raja itu adalah: Jayasingawarman (358–382), Dharmayawarman (382–395), Purnawarman (395–434), Wisnuwarman (434–455), Indrawarman (455–515), Candra- warman (515–535), Suryawarman (535-561), Kertawarman (561–628), Sudhawarman (628–639), Hariwangsawarman (639–640),Nagajayawarman (640–666), dan Linggawarman (666–669).

b. Kehidupan Sosial
Sebagai kerajaan Hindu yang beraliran Wisnu, Tarumanegara juga menjalankan upacara sedekah dengan menyembelih 1.000 ekorsapi yang diserahkan kepada kaum brahmana. Upacara tersebut dilaksanakan pada tahun 417 M setelah penggalian Sungai Gomatidan Candrabhaga selesai dilaksanakan. Saluran air tersebut memiliki panjang 6.112 tombak atau sekitar 11 km. Menuru prasasti Tugu, saluran tersebut dibuat untuk menghadapi bencana banjir dan melindungi petani. Proyek ini dikerjakan secara gotongroyong dan melibatkan seluruh rakyat dalam waktu 21 hari.

c. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Tarumanegara didasarkan pada bidang pertanian. Menurut catatan Fa Hien pada abad V M, aspek kehidupan itu meliputi pertanian, peternakan, perburuanbinatang, dan perdagangan. Komoditas yang diperdagangkan antara lain berupa cula badak, perak, dan kulit penyu. Dari prasasti Tugu,kita bisa mengetahui bahwa Raja Purnawarman sangat memerhatikan bidang pertanian.

d. Kehidupan Budaya
Masuknya pengaruh agama dan kebudayaan Hindu, memengaruhi kehidupan budaya Kerajaan Tarumanegara. Pengaruh itu berupa sistem dewa dewi, bahasa dan sastra, mitologi, dan upacara. Mitologi Hindu yang banyak ditemukan dalam prasasti-prasasti Tarumanegara adalah Airawata. Misalnya yang terdapat pada prasasti Telapak Gajah. Gajah tunggangan Batara Indra itu dijadikan nama gajah perang milik Purnawarman. Bahkan, bendera Kerajaan Tarumanegara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah.

 Sejarah Kerajaan Tarumanegara terungkap melalui serangkaian prasasti Kerajaan Tarumanegara
Selain dari sejumlah prasasti di atas, berita mengenai keberadaan Kerajaan Tarumanegara juga bisa ditemukan di luar negeri. Pada tahun 414 M, Fa Hien membuat buku yang berjudul Fa-Kao-Chi . Isinya antara lain menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit orang-orang yang beragama Buddha. Menurut berita dari Dinasti Sui, pada tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari  To - l o - m o yang terletak di selatan. Sedangkan berita dari Dinasti Tang, mengisahkan datangnya utusan dari  To - l o - m o  pada tahun 666 dan 669. Secara fonetis,  To - l o - m o adalah sebutan untuk Taruma(negara).
Lebih baru Lebih lama