Pengertian sosiologi berasal dari bahasa latin yunani yaitu socius yang memiliki arti teman atau masyarakat dan logos yang berarti ilmu. Sehingga dari kedua kata tersebut sosiologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari atau mengkaji tentang hubungan sosial yang terjadi dalam hubungan sosial masyarakat serta tersusun secara ilmiah dan berdasarkan pola pikir yang kritis. Dalam tingkat sekolah Ilmu Sosiologi sangat penting dan erat kaitannya dengan bimbingan konseling, karena Ilmu Sosiologi akan mengarahkan kita menuju pribadi yang lebi baik. Ilmu sosiologi selalu mengarahkan manusia untuk berpikir dan melaksanakan perannya dalam kehidupan bermasyarakat ( das sollen). Selain itu sosiologi juga selalu, menginmplementasikan, mengkaji, dan mempelajari suatu peristiwa atau fakta sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat ( das sein).
A. Sosiologi sebagai Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) berbeda dengan ilmu pengetahuan (science). Pengetahuan bersifat abstrak karena lahir dari renunganrenungan. Adapun ilmu pengetahuan bersifat empiris (berdasarkan pengalaman indera). Contoh ilmu pengetahuan adalah matematika dan fisika, sedangkan contoh pengetahuan adalah agama dan kepercayaan yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan harus memiliki suatu hakikat dan tujuan tertentu, termasuk upayanya dalam menegakkan kebenaran. Oleh karena banyak ilmu yang bermula dari pengetahuan manusia, apakah pengetahuan manusia tersebut dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan? Padahal pengetahuan yang digolongkan menjadi ilmu itu bersifat ilmiah (scientific) dan objektif (objective)? Pertanyaan tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat keilmiahan dan keobjektifan pengetahuan manusia. Untuk lebih jelasnya, perlu diketahui seperti apa pengetahuan ilmiah dan objektif tersebut. Jadi, unsur pokok dari ciri-ciri keilmuan ditentukan sebagai sesuatu yang ingin diketahui atau sesuatu yang menjadi objek kajiannya. Misalnya, secara ontologis, sosiologi mencoba untuk mengetahui masyarakat. Secara epistemologis, sosiologi menggunakan metode-metode dalam pengamatannya. Secara aksiologis, sosiologi mencoba untuk mencapai tujuan setelah diketahui sifat-sifat masyarakat.
Secara sederhana, ciri-ciri keilmuan (scientific) didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap ketiga pertanyaan pokok yang mencakup sebagai berikut.
A. Sosiologi sebagai Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) berbeda dengan ilmu pengetahuan (science). Pengetahuan bersifat abstrak karena lahir dari renunganrenungan. Adapun ilmu pengetahuan bersifat empiris (berdasarkan pengalaman indera). Contoh ilmu pengetahuan adalah matematika dan fisika, sedangkan contoh pengetahuan adalah agama dan kepercayaan yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan harus memiliki suatu hakikat dan tujuan tertentu, termasuk upayanya dalam menegakkan kebenaran. Oleh karena banyak ilmu yang bermula dari pengetahuan manusia, apakah pengetahuan manusia tersebut dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan? Padahal pengetahuan yang digolongkan menjadi ilmu itu bersifat ilmiah (scientific) dan objektif (objective)? Pertanyaan tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat keilmiahan dan keobjektifan pengetahuan manusia. Untuk lebih jelasnya, perlu diketahui seperti apa pengetahuan ilmiah dan objektif tersebut. Jadi, unsur pokok dari ciri-ciri keilmuan ditentukan sebagai sesuatu yang ingin diketahui atau sesuatu yang menjadi objek kajiannya. Misalnya, secara ontologis, sosiologi mencoba untuk mengetahui masyarakat. Secara epistemologis, sosiologi menggunakan metode-metode dalam pengamatannya. Secara aksiologis, sosiologi mencoba untuk mencapai tujuan setelah diketahui sifat-sifat masyarakat.
Secara sederhana, ciri-ciri keilmuan (scientific) didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap ketiga pertanyaan pokok yang mencakup sebagai berikut.
- Apa yang ingin diketahui (ontologi)?
- Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan (epistemologi)?
- Apa nilai kegunaan dari pengetahuan tersebut bagi kita (aksiologi)?
Sesuatu yang ingin diketahui dari sebuah ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang menjadi bidang kajiannya. Untuk mendapatkannya akan dilakukan melalui proses yang dinamakan metode ilmiah. Adapun dari apa yang didapatkan tersebut harus memiliki nilai guna yang dapat menunjang kehidupan manusia. Jika dilihat dari aspek kebutuhannya, ada sejumlah kebutuhan hierarkis, misalnya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Hal ini telah menjadikan manusia sebagai makhluk hidup yang keberadaan dan dinamika hidupnya senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya.
Kecenderungan menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya itu merupakan salah satu kebutuhan dasar baginya, yaitu yang disebut kebutuhan sosial (social need). Manusia telah menjadikan dirinya hidup berkelompok dan membentuk suatu masyarakat yang selalu berinteraksi serta terorganisasi. Semua itu dilakukan manusia semata-mata untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mempertahankan hidupnya di muka bumi. Kedinamisan manusia terwujud dalam perubahan yang telah membuatnya sebagai makhluk yang serba bervariasi, seperti tempat tinggal yang bervariasi, ras yang bervariasi, dan kebudayaan nya yang bervariasi. Oleh karena itu, studi manusia dan masyarakat tidak cukup hanya menggunakan satu disiplin ilmu, tetapi membutuhkan banyak disiplin ilmu sehingga setiap ilmu secara khusus dapat menelaah setiap perkembangan dimensi yang dimiliki manusia.
1. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial. Adapun yang dimaksud dengan ilmu sosial ialah keseluruhan disiplin ilmu yang berhubungan dengan manusia, yang di dalamnya terdapat unsur dalam membentuk kehidupan masyarakat dan budaya. Seperti ilmu-ilmu sosial yang lain, pada awalnya sosiologi merupakan bagian dari filsafat sosial. Hal ini disebabkan karena pada saat itu pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, konflik sosial, dan kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa. Dengan demikian pada perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakat, meningkat pada cakupan yang lebih mendalam, yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan, dan norma-norma yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Pada abad ke-19, seorang filsuf Prancis bernama Auguste Comte (1798–1857) mengemukakan kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Prancis setelah pecahnya Revolusi Prancis. Dampak revolusi tersebut, selain menimbulkan perubahan positif dengan munculnya iklim demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan perubahan negatif berupa konflik antarkelas yang mengarah pada anarkisme di dalam masyarakat Prancis. Konflik ini dilatar belakangi oleh ketidaktahuan masyarakat nya dalam mengatasi perubahan atau hukum-hukum seperti yang dapat digunakan untuk mengatur stabilitas masyarakat.
Atas dasar ini, Comte menyarankan agar penelitian tentang masyarakat perlu ditingkatkan menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan penelitiannya yang didasarkan pada metode ilmiah. Dari sinilah lahir sosiologi sebagai ilmu yang paling muda dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah sosiologi dipopulerkan Comte dalam bukunya yang berjudul Cours de Philosophie Positive (1830), yang dalam buku tersebut dijelaskan bahwa objek sosiologi adalah manusia atau masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, Auguste Comte bisa dikategorikan sebagai salah satu pendiri sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu, tentunya memiliki kriteria-kriteria keilmuan, yaitu sebagai berikut.
1. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial. Adapun yang dimaksud dengan ilmu sosial ialah keseluruhan disiplin ilmu yang berhubungan dengan manusia, yang di dalamnya terdapat unsur dalam membentuk kehidupan masyarakat dan budaya. Seperti ilmu-ilmu sosial yang lain, pada awalnya sosiologi merupakan bagian dari filsafat sosial. Hal ini disebabkan karena pada saat itu pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, konflik sosial, dan kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa. Dengan demikian pada perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakat, meningkat pada cakupan yang lebih mendalam, yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan, dan norma-norma yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Pada abad ke-19, seorang filsuf Prancis bernama Auguste Comte (1798–1857) mengemukakan kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Prancis setelah pecahnya Revolusi Prancis. Dampak revolusi tersebut, selain menimbulkan perubahan positif dengan munculnya iklim demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan perubahan negatif berupa konflik antarkelas yang mengarah pada anarkisme di dalam masyarakat Prancis. Konflik ini dilatar belakangi oleh ketidaktahuan masyarakat nya dalam mengatasi perubahan atau hukum-hukum seperti yang dapat digunakan untuk mengatur stabilitas masyarakat.
Atas dasar ini, Comte menyarankan agar penelitian tentang masyarakat perlu ditingkatkan menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan penelitiannya yang didasarkan pada metode ilmiah. Dari sinilah lahir sosiologi sebagai ilmu yang paling muda dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah sosiologi dipopulerkan Comte dalam bukunya yang berjudul Cours de Philosophie Positive (1830), yang dalam buku tersebut dijelaskan bahwa objek sosiologi adalah manusia atau masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, Auguste Comte bisa dikategorikan sebagai salah satu pendiri sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu, tentunya memiliki kriteria-kriteria keilmuan, yaitu sebagai berikut.
- Empiris, yang penelitiannya tentang masyarakat didasarkan pada hasil observasi (pengalaman).
- Teoretis, dibangun dari konsep-konsep hasil observasi dan logis serta memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan sebab–akibat.
- Kumulatif, yang teorinya dibangun berdasarkan teori-teori sebelumnya dengan tujuan memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori lama.
- Nonetis, dilakukan bukan untuk mencari baik buruknya suatu fakta, melainkan menjelaskannya secara analitis.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang ditandai dengan semakin kompleksnya unsur-unsur kemasyarakatan, sosiologi dipersempit menjadi bidang-bidang:
- Sosiologi Industri,
- Sosiologi Ekonomi,
- Sosiologi Kesehatan,
- Sosiologi Militer,
- Sosiologi Politik,
- Sosiologi Pendidikan,
- Sosiologi Budaya,
- Sosiologi Agama,
- Sosiologi Perkotaan dan Pedesaan,
- Sosiologi Hukum, dan
- Sosiologi Pertanian.
2. Pengertian Sosiologi
Seperti disebutkan diawal, sosiologi berasal dari kata Latin socius, dan kata Yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman, dan logos berarti pengetahuan. Dengan demikian, sosiologi berarti pengetahuan tentang perkawanan atau pertemanan. Pengertian pertemanan ini kemudian diperluas cakupannya menjadi sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat, atau bisa disebut dengan masyarakat. Dengan demikian, sosiologi diartikan sebagai pengetahuan tentang hidup bermasyarakat. Kata socius dibentuk dari kata “sosial” yang diartikan sebagai “serba berjiwa kawan,” “serba terbuka” untuk orang lain, untuk memberi dan menerima, untuk umum. Kebalikan dari “sosial” adalah “individual,” yaitu serba tertutup. Sampai saat ini sepertinya belum dibakukan istilah sosiologi secara utuh, yang dapat mewakili dan menghimpun seluruh definisi yang ada.
Sementara, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya yaitu sebagai berikut.
- Pitirim A. Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi sebagai ilmu, mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya, gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga, dan gejala moral). Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala nonsosial (gejala geografis, biologis) menjadi ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
- Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari hubungan antarmanusia dalam kelompok-kelompok.
- William F. Oghburn dan Mayer F. Nimkoff mengemukakan bahwa sosiologi adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
- dMax Weber mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang berupaya untuk memahami tindakan-tindakan sosial.
- Emile Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu fakta yang berisikan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu. Fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
- Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengemukakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.
- Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasya rakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
3. Objek dan Tujuan Sosiologi
Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antarmanusia dan proses yang timbul akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama sosiologi dari objek masyarakat tersebut adalah gejala, proses pem bentukan, serta mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan antarmanusia. Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu objek material dan objek formal. Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial manusia dan gejala serta proses hubungan antarmanusia yang memengaruhi hubungan sosial dalam kesatuan hidup manusia. Objek formalnya meliputi:
- pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusia dalam kehidupan sosialnya melalui penjelasan ilmiah;
- meningkatkan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat;
- meningkatkan kerja sama antarmanusia.
Dilihat dari objeknya tersebut, jelaslah bahwa tujuan sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Jadi, objek formalnya tersebut berfungsi sebagai penuntun adaptasi di masyarakat. Mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat di manfaat kan secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah sosial (problem solving). Contohnya, jika seseorang ingin menjalin hubungan dengan masyarakat lain, selayaknya ia harus mempelajari dahulu sifat dan karakter masyarakat tersebut. Dengan mengetahui sifat dan karakter individu lain, serta kebiasaan di masyarakat, akan memudahkan seseorang untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Bisa digambarkan bahwa objek sosiologi ibarat seseorang yang memancing. Ikan, pancing dan cara-cara memancing sudah diberitahukan sebelumnya. Orang tersebut tinggal menggunakan cara-cara dan pancing untuk mendapatkan ikannya. Jadi objek sosiologi terdiri atas masyarakat dan nilai-nilai aturan yang sudah ada.
B Konsep Dasar dan Metode
Sebagai ilmu, sosiologi memiliki teori-teori yang telah dibangun dari konsep-konsep dasar dan metode ilmiah tentang manusia dalam kehidupan masyarakat. Pembahasan ini akan dimulai dengan uraian mengenai konsep-konsep dasar sosiologi.
1. Konsep Dasar dalam Sosiologi
Setiap bidang ilmu pengetahuan memerlukan konsepkonsepnya tersendiri agar dapat menciptakan dan membentuk suatu referensi atau acuan yang dijadikan sebagai alat penelitian, analisis, dan perbandingan hasil-hasil penelitiannya. Kesalahan dalam penggunaan konsep dapat menimbulkan kerancuan dan salah pengertian. Konsep ialah kata, atau istilah ilmiah yang menyatakan suatu ide atau pikiran umum tentang sifat-sifat suatu benda, peristiwa, gejala, atau istilah yang mengemukakan tentang hubungan antara satu gejala dan gejala lainnya. Dari beberapa definisi sosiologi yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa istilah ilmiah atau konsep dasar yang sering digunakan dalam sosiologi, yaitu sebagai berikut.
- Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok serta lapisan sosial.
- Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi, serta yang lainnya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur sosial.
- Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup seluruh lapisan dalam struktur sosial dan jalinan hubungan dalam masyarakat.
- Organisasi sosial adalah aspek kerja sama yang mendasar, yang menggerakkan tingkah laku para individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu.
- Institusi sosial adalah suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling berkaitan dan telah disusun guna memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial.
Berikut ini beberapa pengertian dasar yang dianggap berguna untuk memahami sosiologi yang disajikan dalam buku ini. Beberapa pengertian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Individu
Individu berhubungan dengan orang-perorangan atau pribadi, yang berarti individu bertindak sebagai subjek yang melakukan sesuatu hal; subjek yang memiliki pikiran; subjek yang memiliki keinginan; subjek yang memiliki kebebasan; subjek yang memberi arti (meaning) pada sesuatu; subjek yang mampu menilai tindakannya sendiri dan tindakan orang lain.
b. Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut society, dan dalam bahasa latin yaitu socius, yang berarti kawan, sedangkan istilah masyarakat dalam bahasa Arab, yaitu syakara yang artinya turut serta. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara tetap dan memiliki kepentingan yang sama.
c. Hubungan Individu dan Masyarakat
Hubungan antarindividu dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat. Mereka secara rutin bertemu, baik dalam permainan maupun di sekolah. Kebiasaan yang mereka lakukan akan mengikat dua orang tersebut menjadi bersamaan. Begitu pula halnya jika hubungan tersebut melibatkan lebih banyak individu, sehingga akan terjadi hubungan yang lebih luas lagi. Seperti antar tetangga, antar individu di berbagai tempat, dan lain-lain. Di antara mereka biasanya terdapat suatu aturan tertentu yang disebut norma.
d. Kelompok
Kelompok merupakan himpunan dari beberapa orang individu yang satu sama lain saling berhubungan secara teratur, saling mem perhatikan dan menyadari akan adanya manfaat kebersamaan. Ciri yang mendasar dari kelompok yaitu dengan adanya sesuatu hal yang dianggap milik bersama.
e. Komunitas (Community)
Kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah tertentu, lazimnya disebut community, misalnya desa petani di wilayah “X”, tempat warga petani memiliki hubungan dan ikatan yang kuat. Mereka berada di suatu tempat dengan batas wilayah yang jelas. Interaksi sosial yang sering mereka lakukan biasanya dengan rekan-rekan tetangga. Semua konsep-konsep tersebut dijadikan dasar untuk mempelajari keluarga, kampung, dan komunitas-komunitas. Demikian juga dalam mempelajari wilayah-wilayah tertentu, manusia dari zaman tradisional sampai peradaban masa kini. Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antarmanusia yang memengaruhi kesatuan hidup manusia itu sendiri. Adapun objek formalnya lebih ditekankan pada hubungan antarmanusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
2. Metode-Metode Sosiologi
Setelah mendapatkan gambaran dari pokok-pokok tentang ruang lingkup yang menjadi kajian objek sosiologi, perlu dijelaskan tentang cara atau metode sosiologi dalam mempelajari objek-objeknya. Untuk mempelajari objek yang menjadi kajiannya, sosiologi memiliki cara kerja atau metode yang terbagi atas dua jenis, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.
a. Metode Kualitatif
Metode kualitatif mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka atau ukuran yang matematis meskipun kejadian itu nyata dalam masyarakat. Beberapa metode yang termasuk dalam metode kualitatif adalah sebagai berikut.
- Metode historis, yaitu metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsipprinsip umum.
- Metode komparatif, yaitu metode pengamatan dengan membandingkan bermacam-macam masyarakat serta bidangbidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat pada masa lalu dan masa mendatang.
- Metode studi kasus, yaitu suatu metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, ataupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus adalah wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan atau kuesioner (questionaire), daftar pertanyaan, dan teknik keterlibatan si peneliti dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok sosial yang sedang diamati (participant observer technique).
b. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode statistik yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti hubungan antarmanusia dalam masyarakat secara kuantitatif. Pengolahan data secara statistik banyak dilakukan para ahli ilmu sosial untuk data yang bersifat angka (data kuantitatif). Pengolahan data dengan menggunakan statistik tidak berarti menuntut seseorang menjadi ahli statistik. Penggunaan statistik dalam sosiologi tidak harus menggunakan teknik statistik tinggi. Pengolahan data statistik dapat dilakukan secara sederhana. Kemampuan untuk mencari nilai rata-rata (mean, mode, median) atau dengan meng gunakan tabel Distribusi Frekuensi, telah dapat dan biasa Anda lakukan. Di sekolah, Anda juga telah belajar keterampilan matematis yang berguna untuk membantunya dalam mengolah data secara statistik.
Di samping metode-metode tersebut, masih ada beberapa metode lain, yaitu sebagai berikut.
- Metode deduktif, yaitu metode yang dimulai dari kaidah-kaidah yang berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.
- Metode induktif, yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih luas atau bersifat umum.
- Metode empiris, yaitu suatu metode yang mengutamakan keadaan-keadaan nyata di dalam masyarakat.
- Metode rasional, yaitu suatu metode yang mengutamakan penalaran dan logika akal sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.
- Metode fungsional, yaitu metode yang digunakan untuk menilai kegunaan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan struktur sosial masyarakat.
3. Hakikat Sosiologi
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, antara lain sebagai berikut.
- Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari atau berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.
- Dalam sosiologi, objek yang dipelajari adalah apa yang terjadi sekarang dan bukan apa yang seharusnya terjadi pada saat ini. Karena itu, sosiologi disebut pula ilmu pengetahuan normatif.
- Dilihat dari segi penerapannya, sosiologi dapat digolongkan ke dalam ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dapat pula menjadi ilmu terapan (applied science).
- Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan pengetahuan yang konkret. Berarti yang menjadi perhatiannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
- Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum manusia dan masyarakatnya. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip dan hukumhukum umum dari interaksi manusia serta sifat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat.
- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum, bukan khusus, artinya mempelajari gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antarmanusia.
4. Manfaat Sosiologi
Pada hakikatnya ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu tadi timbul karena banyak sekali aspek-aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia, dan manusia ingin mengetahui kebenaran dari kegelapan tersebut. Sama halnya dengan ilmu-ilmu lain, teori-teori yang ada dalam sosiologi memiliki tujuan untuk mencari kebenaran dari berbagai fenomena, gejala, dan masalah sosial. Ditinjau dari aspek aksiologi, sosiologi memiliki nilai guna dalam menganalisis fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat. Keragaman budaya seharusnya menyadarkan kita bahwa sangat penting memahami latar belakang sosial budaya yang berasal dari masyarakat lain. Kajian tentang fenomena sosial budaya tidak bermaksud untuk memberikan penilaian suatu budaya baik atau buruk, cocok atau tidak cocok bagi suatu masyarakat. Sosiologi tidak bertujuan untuk memberikan penilaian bahwa suatu kebudayaan lebih tinggi atau lebih rendah dari kebudayaan masyarakat lain. Namun, kita diajak untuk memahami keragaman budaya sebagai sesuatu yang dapat memperkaya kebudayaan dalam suatu masyarakat.
Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang multietnis, multikultural, sosiologi berperan untuk mewujudkan integrasi atau persatuan nasional. Pemanfaatan kedua ilmu itu yang lebih praktis sifatnya bisa dilihat pada penggunaannya untuk memperlancar proyek pembangunan, penyuluhan terhadap masyarakat seperti program keluarga berencana, bahaya narkoba, dan penegakan hukum.