Menginterpretasi Isi Teks Cerpen “Banun”

Interpretasi dan pemaknaan karya sastra tidak diarahkan pada suatu proses yang hanya menyentuh permukaan karya sastra itu sendiri. Akan tetapi, interpretasi ini harus mampu “menembus kedalaman makna” yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, penerjemah harus memiliki wawasan bahasa, sastra, dan budaya yang cukup luas dan mendalam. Berhasil tidaknya penerjemah untuk mencapai taraf interpretasi yang optimal sangat bergantung pada kecermatan dan ketajaman penerjemah itu sendiri. Dalam hal ini bahasa dipandang sebagai media yang tanpa batas. Namun, satu hal yang perlu diingat bahwa pemaknaan terhadap sebuah karya sastra akan berbeda bagi setiap pembaca.

Teks sastra hampir sebagian besar bersifat simbolik. Teks cerpen salah satunya. Teks yang bersifat simbolik ini tidak menyajikan makna, melainkan fenomena. Oleh karena itu, pembaca diharapkan mampu masuk ke dalam fenomena itu. Untuk dapat menyelami fenomena itu, bacalah teks cerpen secara berhati-hati dan terus menerus. Dengan begitu, akan bisa memproduksi makna teks cerpen yang disajikan. Setelah memperoleh makna secara umum yang disampaikan pengarang, berikutnya adalah mereduksi pesan yang didapat. Pada akhirnya, akan dapat menemukan makna yang diharapkan, meskipun makna harapan itu belum tentu hal yang hakiki sebab makna itu tidak pernah kekal.

Menginterpretasi makna sebuah cerita pendek berarti mencari nilai-nilai kehidupan yang disampaikan penulisnya. Seorang sastrawan sanggup menemukan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang akan diangkat menjadi tema dalam karyanya sehingga akan tercipta kreativitas karya yang bermutu. Dalam menciptakan karyanya sastrawan tidak bisa terlepas dari masyarakatnya. Dengan melihat kenyataan yang dilihatnya, sastrawan memberikan fakta kepada pembaca. Untuk dapat menginterpretasi sebuah teks cerpen pembaca sebaiknya mengetahui latar belakang pengarangnya sehingga dapat menafsirkan makna cerpen yang ditulisnya.

Interpretasi teks cerpen dapat dilakukan dengan cara menemukan data-data yang diperoleh tentang tokoh cerita, menemukan kaitan fakta dengan cerita, menemukan karakteristik tokoh, menemukan kaitan keberhasilan tokoh dengan fakta kehidupan, dan menemukan nilai-nilai kehidupan yang disampaikan oleh penulis cerpen. Beberapa nilai yang biasa terkandung dalam cerita pendek antara sebagai berikut:
  1. Nilai sosial, yaitu tentang hubungan masyarakat,
  2. Nilai agama, yaitu tentang perilaku/refleksi kebenaran aturan-aturan Tuhan,
  3. Nilai budaya, yaitu tentang kebiasaan, karya cipta manusia, dan adab-adab tradisional,
  4. Nilai moral, yaitu tentang baik buruknya perilaku dasar manusia.

Perhatikanlah Ringkasan cerpen "Banun", karya Damhuri Muhammad !
Cerpen Banun menceritakan seorang perempuan ringkih dengan usia sudah berkepala tujuh bernama Banun, karena terkenal kikir di desanya maka ia dijukuki Banun Kikir. Di sepanjang usianya ia tidak pernah membeli bahan-bahan untuk kebutuhan sehari-hari jika bisa ia tanam sendiri, misalnya sayur mayur. Dengan sifat kikir yang orang-orang juluki padanya, nyatanya sekarang ia menjadi petani sukses sekaligus menjadi juragan tanah. Ia bisa membantu orang-orang di desa yang kehabisan uang, juga Keempat anak Banun sudah disarjanakan dengan kucuran peluhnya.

Banun adalah seorang wanita yang kuat dan mandiri. anak-anaknya dapat dihidupkannya dan disekolahkannya ke perguruan tinggi. Banun mengajarkan anaknya untuk hidup mandiri dan menelaah kata "tani" yang di jelasknanya adalah tahani. Banun mengajarkan kesemua anaknya untuk menahan dalam membeli segalanya. dia lebih suka membuatnya sendiri. karna penghematan Banun itulah banun bisa menjadi orang yang kaya. dari hanya sepetak tanah sawah yang dimilikinya sampai hampir seluruh tanah sawah itu miliknya. Banun sangat menghargai dan menjungjung tinggi ilmu tani nya .
 Interpretasi dan pemaknaan karya sastra tidak diarahkan pada suatu proses yang hanya meny Menginterpretasi Isi Teks Cerpen “Banun”
Cerpen berjudul 'Banun' Karya Damhuri Muhammad ini sangat penuh makna dan pesan-pesan kehidupan, sebagaimana dijelaskan jika berhemat adalah cara yang tepat agar kita menjadi orang sukses namun jangan pernah lupa untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Mencertitakan kisah tokoh 'Banun' yang merupakan seorang wanita tangguh dan bertekad kuat. Cerpen ini mengandung lengkap nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen serta dijelaskan dengan bahasa baku yang estetis sekaligus mudah dipahami oleh para pembaca.

Interpretasi teks cerpen dapat melalui penelaahan unsur intrinsik atau ekstrinsiknya. Melalui telaah unsur intrinsik dan ekstrinsik kita bisa melakukan interpretasi. Kedua unsur itu adalah sebagai berikut.

1. Tema
Tema teks cerpen adalah hal yang dibahas dalam cerpen tersebut. Hal ini dapat diketahui dari apa yang jadi konflik antartokoh, apa yang menjadi perasaan, pikiran, keinginan para tokoh. Tema pada cerpen “Banun” adalah keberanian sesorang yang tidak memperdulikan omongan orang lain tentang dirinya demi masa depan dia dan keluarganya. Banun terkenal dengan orang yang kikir namun sebenarnya Banun adalah seorang pekerja keras yang dengan gigih berjuang utuk kehidupan dirinya dan anak-anaknya.

2. Amanat
Amanat adalah pesan berharga yang ada dalam teks cerpen. Amanat selalu berkaitan dengan tema. Amanat pada cerpen “Banun” adalah jangan pernah menilai orang hanya dari kebiasaaan yang dilakukan tanpa pernah tahu apa maksud dan tujuan orang itu melakukannya. Jadilah orang yang selalu bekerja keras dalam melakukan segala pekerjaan.

3. Alur
Alur adalah jalan cerita yang dipakai penulis dalam menceritakan kisahnya. Alur cerpen Banun Menggunakan alur campuran karena menceritakan asal-muasal Banun dijuluki Banun Kikir.

Kaidah pemplotan dalam cerpen “Banun”
  1. Plausibilitas (kemasukakalan). Plausibilitas yaitu menyaran pada pengertian suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan logika cerita. Plot sebuah cerita haruslah memiliki sifat plausible, dapat dipercaya oleh pembaca. (Banun menjodohkan anaknya dengan lelaki lain yang beralasan hatinya kecewa dengan Palar karena selalu dihina)
  2. Suspense (rasa ingin tahu). Suspense adalah hasrat dari pembaca suatu cerpen untuk menyelesaikan kegiatan membacanya yang dikarenakan cerita tersebut menarik, memotivasi dan mengikat pembaca. Rasa ingin tahu terlihat dari alasan yang mendasari menghina Banun dengan sebutan kikir hanya karena tidak pernah membeli dagangan orang lain dan memilih bekerja keras untuk menanam tanaman itu sendiri serta mencari barang substitusi akan barang tersebut. Misalnya minyak tanah dan elpiji digantikan dengan daun kelapa yang kering.
  3. Surprise ( Kejutan). pemplotan dengan cara mengejutkan pembaca ketika telah larut dalam suatu cerita pendek atau cerpen. (Palar tiba-tiba ingin meminang Banun)
  4. Unity( kesatupaduan), pemlotan dengan cara mengutamakan keutuhan, keterkaitan antara hal sebelumnya dan didiceritakan dengan hal yang lain. Adanya keterkaitan antara beberapa. Cerpen Banun ceritanya saling bersangkutan dari awal yaitu keadaan Banun yang ditinggal mati suaminya yang mempunyai kelebihan parasnya yang cantik, menyebabkan palar ingin meminanngnya. Setelah palar ditolak oleh Banun tetap saja berusaha untuk dekat dengan Banun yaitu dengan cara meminang anak Banun (Rimah) untuk anaknya (Rustam). Tetapi karena Banun kecewa dengan sikap palar maka Banun menolaknya dan menjodohkannya dengan lelaki lain, sementara Palar semakin menghina Banun. Hal ini menyebabkan Rimah memarahi Banun karena tidak menjodohkannya saja dengan Rustam.

4. Penokohan
Penokohan adalah cara penulis menggambarkan karakter tokoh-tokohnya.
No.TokohKarakter Tokoh
1.BanunTangguh, keras kepala, hemat, dan pekerja keras
2.RimahPembantah
3.NamiPembantah
4.PalarPemalas, pendendam, dan pemarah
5.Zubaedah (istri Palar)Pemboros
Sudut Pandang pada cerpen “Banun” tersebut menggunakan sudut pandang orang ketiga yaitu penggunaan nama yang sering digunakan pengarang dalam menceritakan tokoh utamanya yaitu Banun

5. Latar
Latar meliputi tempat, waktu, dan suasana peristiwa yang terjadi atau yang diceritakan.
No.LatarKalimat
1.Latar tempat
  1. Di hutan mana para pemburu melepas anjing, di sana pasti tegak lapak lemang-tapai milik Banun.
  2. Maka, selepas kesibukannya menanam, menyiangi, dan menuai padi di sawah milik sendiri, dengan segenap tenaga yang tersisa, Banun menghijaukan pekarangan dengan bermacam-ragam sayuran, cabai, seledri, bawang, lengkuas, jahe, kunyit, gardamunggu, jeruk nipis, hingga semua kebutuhannya untuk memasak tersedia hanya beberapa jengkal dari sudut dapurnya.
  3. “Keluargamu beruntung bila menerima Rustam. Ia akan menjadi satu-satunya insinyur pertanian di kampung ini, dan hendak menerapkan cara bertani zaman kini, hingga orang-orang tani tidak lagi terpuruk dalam kesusahan,” ungkap Palar sebelum meninggalkan rumah Banun
2.Latar suasana
  1. (Menegangkan) Rupanya penolakan Banun telah menyinggung perasaan Palar. Lelaki itu merasa terhina. Mentang-mentang sudah kaya, Banun mentah-mentah menolak pinangannya.
3.Latar Waktu
  1. Banun tukang lemang yang hanya akan tampak sibuk pada hari Selasa dan Sabtu, hari berburu yang nyaris tak sekali pun dilewatkan oleh para penggila buru babi dari berbagai pelosok.
  2. Saban petang, selepas bergelimang lumpur sawah, daun-daun kelapa kering itu dipikulnya dari kebun yang sejak lama telah digarapnya.
  3. Setiap Jumat, Banun datang berkunjung, menjenguk cucu, secara bergiliran.

7. Latar Belakang Pengarang
Damhuri Muhammad lahir pada tanggal 1 Juli 1974 di Taram, Payakumbuh, Sumatra Barat. Dia sangat mengenal budaya Minang karena dia dibesarkan dengan budaya Minang. Di dalam cerpen Banun Damhuri Muhammad menggambarkan tokoh Banun sebagai orang yang suka bekerja keras dan hemat.

Latar belakang Damhuri Muhammad banyak memengaruhi hasil karyanya. Sebagai orang Minang yang terkenal dengan kerja kerasanya dalam mencapai sebuah cita-cita. Hal ini memberikan inspirasi bagi Damhuri dalam menciptakan tokoh Banun yang yang tidak memperdulikan omongan orang lain tentang dirinya demi masa depan dia dan keluarganya.

Keterkaitan Pengarang dengan latar belakang daerahnya.
  1. Masakan : Lemang
  2. Perjodohan : Perjodohan Rimah dengan Rustam yang gagal, Perjodohan Rimah dengan lelaki lain.
  3. Merantau : Rustam yang sekolah di luar negeri.
  4. Pintar dagang : Penjual Minyak dan gas elpiji.
  5. Etos Kerja tinggi : Banun yang bekerja keras sebagai petani yang tidakmembeli bahan makanan tetapi menanamnya sendiri.

Setelah membaca cerpen di atas secara perlahan dan hati-hati dapat kita tangkap bahwa dalam cerpen Banun menuai kritik sosial dan pendidikan. Pendidikan dalam cerpen Banun menjelaskan arti kata tani yang berasal dari kata "tahani" yang bermakna menahan diri untuk membeli sesuatu jika masih bisa kita hasilkan sendiri. Untuk kritik sosialnya Damhuri Muhammad meyindir secara halus pasca sarjana pertanian atau insinyur pertanian yang sebagian hanya banyak memahami teori pertanian namun tidak ada praktek di lapangan. Ia melukiskan bagaimana seorang insinyur pertanian tak bisa berbuat banyak, tidak mempunyai lahan sekaligus menyindir para lulusan pertanian yang sebenarnya tidak mempunyai niat sama sekali untuk mengembangkan kemampuan dan keilmuan mereka dalam bidang pertanian.

Gaya Bahasa
  1. Bila ada yang bertanya, siapa makhluk paling kikir di kampung itu, tidak akan ada yang menyanggah bahwa perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung serupa sabut kelapa itulah jawabannya.(majas praeterito yaitu majas majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu) dari tahun ke tahun (majas Klimaks yaitu majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang semakin lama semakin memuncak)
  2. Sifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar. (majas hiperbola yaitu majas yang melebih-lebihan, dimana sifat kikir itu sampai berakar)
  3. Konon, hingga riwayat ini disiarkan, belum ada yang sanggup menyumbangkan rekor kekikiran Banun. (majas interupsi yaitu majas penegasan yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan diantara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya).
  4. Banun dukun patah-tulang yang dangau usangnya kerap didatangi laki-laki pekerja keras. (majas tropen yaitu majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan).
  5. Disepanjang usianya, banun Kikir tak pernah membeli minyak tanah untuk mengasapi dapur keluarganya. (Majas alusio yaitu majas yang mempergunakan ungkapan paribahasa , kata-kata yang artinya diketahui umum).
  6. Perempuan itu menanak nasi dengan cara cara menyorongkan seikat daun kelapa kering ke dalam tungku, dan setelah api menyala, lekas disorongkannya pula beberapa keeping kayu bakar yang selalu tersedia di bawah lumbungnya.( majas Klimaks)
  7. Cabai, bawang, seledri, kunyit, lengkuas…. .(majas Asidenton yaitu majas penegasan yang menyebutkan beberapa barang, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung).
  8. Begitu ajaran mendiang suami Banun, yang meninggalkan perempuan itu ketika anak-anaknya belum bisa mengelap ingus sendiri.(majas Alusio)
  9. Maka selepas kesibukannya menanam, menyiangi, dan … .(majas klimaks)
  10. Cabai, seledri, bawang, lengkuas…(majas asidenton)
  11. Hampir separuh dari lahan sawah…(majas hiperbola)
  12. Bukankah ada tauke yang selalu berkenan memberi pinjaman, selama orang tani masih mau menyemai benih?(majas retorik yaitu majas penegasan dengan menggunakan kalimat Tanya retorik yang sebenarnya tidak memerlukan jawabankarena sudah diketahuinya)
  13. Perangai lintah darat itu sudah merajalela.(majas simbolik yaitu majas perbandingan yang melukiskan suatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagia simbol)
  14. Si Banun Kikir…(majas antomonasia yaitu majas perbandingan dengan menyebutkan seseorang berdasarkan ciriatau sifat menonjol yang dimilikinya)
Lebih baru Lebih lama